Pedoman Praktis Pembangunan Rumah Tahan Gempa
Wilayah
Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai tingkat resiko gempa
yang tinggi diantara beberapa daerah gempa diseIuruh dunia.
Data-data
terakhir yang berhasil direkam menunjukkan bahwa rata-rata setiap tehun
terjadi sepuluh kegiatan gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan yang
cukup besar di Indonesia. Sebagian terjadi pada daerah lepas pantai dan
sebagian lagi pada daerah pemukiman (untuk melihat kejadian gempa bumi pada hari ini klik disini atau minggu ini klik disini) Pada
daerah pemukiman yang cukup padat, perlu adanya suatu perlindungan
untuk mengurangi angka kematian penduduk dan kerusakan berat akibat
goncangan gempa.
Dengan
menggunakan prinsip teknik yang benar, detail konstruksi yang baik dan
praktis maka kerugian harta benda dan jiwa menusia dapat dikurangi.
Dalam
webblog ini, diuraikan faktor-faktor dasar dari goncangan gempa yang
kemudian di uraikan prinsip-prinsip utamanya yang akan dipakai dalam
membangun rumah tahan gempa.
BEBERAPA KARAKTERISTIK GONCANGAN GEMPA Pada lokasi bangunan, gempa bumi akan menyebabkan tanah dibawah bangunan dan di sekitarnya tergoncang dan bergerak secara tak beraturan (random). Percepatan tanah terjadi dalam tiga dimensi membentuk kombinasi frekwensi getaran dari 0,5 Hertz sampal 50 Hertz. Jika bangunan kaku (fixed) terhadap tanah (dan tidak dapat tergeser) gaya inersia yang menahan percepatan tanah akan bekerja pada tiap-tiap elemen struktur dari bangunan selama gempa terjadi. Besarnya gaya-gaya inersia ini tergantung dari berat bangunannya, semakin ringan berarti semakin kecil gaya inersia yang bekerja dalam elemen struktur tersebut.
Tanggung
jawab sebagai orang yang berkecimpung daIam industri konstruksi adalah
mendirikan bangunan sedemikian rupa sehingga bangunan tetap mampu
berdiri menahan gaya-gaya inersia tersebut. Pertanyaan yang timbul
kemudian, “Berapa kekuatan bangunan yang kita perlukan ?”.
TINGKAT PEMBEBANAN GEMPA Pada tahun 1981, studi untuk menentukan besarnya “beban gempa rencana” sudah dilakukan. Studi ini adalah proyek kerja sama antara Pemerintah Indonesia-New Zealand yang menghasilkan. Peraturan Muatan Gempa lndonesia.
Pada konsep peraturan tersebut ada 2 (dua) langkah pendekatan untuk menghitung pembebanan gempa yang dapat digunakan.
Kriteria pertama,
bahwa perencanaan pembebanan gempa sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi kerusakan struktur atau kerusakan arsitektural setiap kali
terjadi gempa. Kriteria kedua
meskipun terjadi gempa yang hebat bangunan tidak boleh runtuh tetapi
hanya boleh kerusakan-kerusakan pada bagian struktur yang tidak utama
atau kerusakan arsitektur saja. Telah
diketahui bahwa adalah tidak ekonomis merencanakan bangunan tahan gempa
cara elastis. Jadi untuk gempa yang besar dimana kemungkinan terjadinya
kira-kira 15% dari umur bangunan tersebut, dipakai harga perencanaan
yang rendah dan perencanaan khusus serta ukuran detail-detail diambil
sedemikian sehingga menjamin beberapa bagian tertentu dari struktur
akan Ieleh (berubah bentuk dalam keadaan plastis) untuk menyerap
sebagian enersi gempa (yang berlaku untuk keadaan kenyal). Besarnya
harga beban rencana yang terjadi berhubungan dengan beberapa faktor
yang selengkapnya terdapat pada reference, yang disimpulkan sebagai
berikut: 1. Faktor Lapangan (site)
Gambar dibawah ini, menunjukkan enam jalur gempa di Indonesia yang menentukan parameter dasar pembebanan
Parameter
ini dimodifikasikan untuk perhitungan pada kondisi tanah Iunak dimana
goncangan tanah akibat gempa akan diperbesar (mengalami pembesaran).
(Untuk
Jakarta, pada zone 4 dan diatas tanah lunak koefisien beban rencana
lateral adalah 0,05 untuk struktur yang kaku seperti perumahan
bertingkat rendah. 2. Faktor Bangunan
Beban yang terjadi pada suatu bangunan juga tergantung pada keadaan (features) dari bangunan rersebut, yakni fleksibilitasnya, beratnya dan bahan bangunan untuk konstruksinya. Biasanya suatu bangunan yang fIeksibel akan menerima beban gempa yang Iebih kecil dibandingkan bangunan yang lebih kaku. Bangunan yang lebih ringan akan menerimna beban gempa yang Iebih keciI dari pada bangun yang berat dan bangunan yang kenyal akan menyerap beban gempa yang lebih kecil dari pada bangunan yang getas yang mana dalam keadaan pengaruh gempa akan tetap elastis atau runtuh secara mendadak. Bangunan dari kayu digolongkan sebagai bangunan yang kenyal. Untuk struktur kayu harus direncanakan dengan menggunakan Peraturan Muatan Indonesia yang baru. Beban rencana adalah 33% - 50% dari gaya yang menyebabkan struktur belum mulai Ieleh atau masih dalam keadaan elastis. Reduksi ini tidaklah sama besarnya untuk bahan bangunan yang lain, misalnya baja yang mempunyai kekenyalan yang lebih besar dari kayu. Meskipun demikian kekenyalan dapat diciptakan dalam struktur kayu dengan menggunakan alat penyambung yang kenyal pada tiap-tiap hubungan elemen stuktur kayu tersebut. Pada umumnya, sambungan dengan paku memberikan kekenyalan yang cukup.
3. Tingkat Pembebanan Gempa untuk Bangunan Kayu
Dengan memperhatikan faktor lapangan dan faktor bangunan, struktur kayu harus tetap mampu berdiri untuk menahan beban-beban sebagai berikut : (Jakarta, tanah lunak)
- Rangka kayu kenyal : 0,05 *) x 1,7 = 0,085
- Dinding geser kayu : 0,05 *) x 2,5 = 0,125
- Konstruksi rangka kayu yang diperkuat dengan batang pengaku diagonal: 0,05 *) x 3 = 0,15
Hal ini berarti, misalnya suatu dinding geser yang terbuat dari plywood atau particle board, harus dapat menerima gaya horisontal sebesar 0,125 x berat total dari bagian struktur yang membebani dinding tersebut. Meskipun suatu bangunan direncenakan dengan harga pembebanan yang benar, mungkin bangunan. tersebut mengalami kerusakan akibat gempa jika sebagian dari prinsip-prinsip utamanya tidak dipenuhi.
PRlNSlP-PRlNSIP UTAMA KONSTRUKSI TAHAN GEMPA
1. Denah yang sederhana dan simetris
Penyelidikan kerusakan akibat gempa menunjukkan pentingnya denah bangunan yang sederhana dan elemen-elemen struktur penahan gaya horisontal yang simetris. Struktur seperti ini dapat menahan gaya gempa Iebih baik karena kurangnya efek torsi dan kekekuatannya yang lebih merata.
2. Bahan bangunan harus seringan mungkin
Seringkali, oleh karena ketersedianya bahan bangunan tertentu. Arsitek dan Sarjana SipiI harus menggunakan bahan bangunan yang berat, tapi jika mungkin sebaiknya dipakai bahan bangunan yang ringan. Hal ini dikarenakan besarnya beban inersia gempa adalah sebanding dengan berat bahan bangunan. Sebagai contoh penutup atap genteng diatas kuda-kuda kayu menghasilkan beban gempa horisontal sebesar 3 x beban gempa yang dihasilkan oleh penutup atap seng diatas kuda-kuda kayu. Sama halnya dengan pasangan dinding bata menghasiIkan beban gempa sebesar 15 x beban gempa yang dihasilkan oleh dinding kayu.
3. Perlunya sistim konstruksi penahan beban yang memadai
Supaya
suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus dapat
disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya
honisontal yang kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan ke
tanah.
Adalah
sangat penting bahwa struktur utama penahan gaya horizontal itu
bersifat kenyal. Karena, jika kekuatan elastis dilampaui, keruntuhan
getas yang tiba-tiba tidak akan terjadi, tetapi pada beberapa tempat
tertentu terjadi Ieleh terlebih dulu.
Suatu contoh misalnya deformasi paku pada batang kayu terjadi sebelum keruntuhan akibat momen lentur pada batangnya.
Cara dimana gaya-gaya tersebut dialirkan biasanya disebut jalur Iintasan gaya.
Tiap-tiap bangunan harus mempunyai jalur lintasan gaya yang cukup untuk dapat menahan gaya gempa horisosontal.
Untuk
memberikan gambaran yang jelas, disini diberikan suatu contoh rumah
sederhana dengan tiga hal utama yang akan dibahas yaitu struktur atap,
struktur dinding dan pondasi.
0 komentar: